Rabu, 18 Maret 2009

Andai Ramadhan Dalam Keseharian

Kita tidak akan punya krisis silaturrahmi antar manusia.

Karena kita akan rela membuang2 pulsa Untuk meng-sms saudara, rekan & sahabat kita. Hanya untuk sekedar mengucapkan selamat berpuasa.

Kalau saja setiap bulan itu Ramadhan, Para pekerja tidak akan terlambat pulang lagi. Karena mereka harus mengejar jamaah tarawih Sambil mendengarkan ceramah singkat di malam hari Yang mungkin saja bisa menyejukkan hati.

Kalau saja setiap bulan itu Ramadhan Tidak ada lagi yang di sebut-sebut dunia gemerlap. Karena setelah isya, orang terburu-buru terlelap Agar tidak terlambat bangun untuk sahur nanti. Agar tidak loyo, lemas dan lapar sepanjang esok hari.
Kalau saja setiap bulan itu Ramadhan. Shalat subuh tidak akan pernah lagi kesiangan. Karena sejak imsak kita memerlukan waktu untuk menurunkan makanan. Acara kuliah pagi di televisi pun jadi dinantikan. Hanya sekedar untuk menunggu datangnya kumandang adzan.
Kalau saja setiap bulan itu Ramadhan. Anggota keluarga akan menjadi lebih dekat, akur dan gembira Karena mau tidak mau, mereka jadi harus makan pagi dan malam bersama-sama Sehingga ada waktu untuk saling bercanda dan bercerita Bercengkrama atau hanya sekedar memijit bahu ibunda.
Kalau saja setiap bulan itu Ramadhan Mungkin akan lebih sedikit kaset yang ada di pasaran. Karena orang akan lebih memilih untuk mendengar untaian ayat al-qur'an Atau hanya sekedar berdzikir dalam hati dengan perlahan Dan mengurangi intensitas ngomongin orang-orang dari belakang.
Kalau saja setiap bulan itu Ramadhan Kita tidak usah begitu khawatir dengan apa yang di tonton anak kita. Juga apa yang bisa di beli dengan uang jajan mereka. Karena hampir semua tayangan televisi tiba-tiba bernuansa agama. Dan semoga komik dan vcd porno sulit ditemukan dimana-mana.
Kalau saja setiap bulan itu Ramadhan. Orang akan menjadi rajin sekali mengaji. Bahkan mereka yang tadinya tidak pernah menyentuh Qur'an sama sekali. Yang sudah rajin pun akan membacanya di waktu-waktu yang tidak biasa. Hanya untuk sekedar mengais pahala yang dijanjikan dariNya.

Kalau saja setiap bulan itu Ramadhan. Beragam ide masakan atau kue akan terus dicoba dan dicicipi. Karena tidak mungkin kita berbuka dengan menu yang itu-itu lagi. Waktu adzan maghrib pun menjadi saat yang selalu dinanti-nanti. Yang sebelumnya biasanya kalah dengan kesibukan atau acara-acara asyik di televisi.

Kalau saja setiap bulan itu Ramadhan. Dokter dan obat-obatan tidak begitu banyak lagi di perlukan. Karena puasa itu sangat menyehatkan. Membuang racun-racun yang sudah lama bersemayam di badan. Dan bagi sebagian kita, puasa juga diharapkan dpt menurunkan angka yg tertera di timbangan.
Kalau saja setiap bulan itu Ramadhan. Segala amalan sunnah tiba-tiba akan jadi rajin terlaksana. Hanya karena katanya ibadah sunnah dihitung wajib pahalanya. Ibadah-ibadah yang rasanya belum pernah kita lakukan sebelumnya. Seperti tahajud, itikaf, mengaji dan juga sedekah.

Kalau saja setiap bulan itu Ramadhan. Islam tidak akan terpecah belah seperti sekarang ini. Rasa keagamaan dan toleransi beragama akan menjadi kuat sekali. Aurat-aurat yang biasanya tampak, sekarang jadi tertutup rapi. Kata-kata dan perilaku sopan untuk sementara jadi tersembunyi.

Kalau saja setiap bulan itu Ramadhan. Masjid-masjid dipelosok kampung maupun di kota seakan menjadi aula. Dimana masyarakat akan terlihat berduyung-duyung datang kesana. Tempat berkumpulnya mereka yang tua, muda, remaja atau setengah baya. Orang-orang yang sama yang sebelumnya jarang memakai peci, sarung atau mukena.
Kalau saja setiap bulan itu Ramadhan. Yang jelas kita pasti bertambah ilmu. Tiba-tiba kita jadi rajin membuka-buka buku. Buku agama yang sudah sebelas bulan terakhir tertutup debu. Karena kita terlalu sibuk untuk hanya sekedar menyentuh.
Kalau saja setiap bulan itu Ramadhan. Akan lebih banyak mengalir air-air mata. Mereka yang baru saja menyadari tumpukan-tumpukan dosa. Menyesali semua perbuatan khilaf dan salah. Keinsyafan yang biasanya hanya bertahan sebulan saja. Kalau saja setiap bulan itu Ramadhan. Sepuluh hari terakhir, masjid-masjid menjadi rumah kedua setiap malam. Mengejar berkah yang katanya lebih baik dari seribu bulan. Sembari sibuk mengukur gaun-gaun baru untuk pakaian. Dan mengaduk adonan kue-kue untuk lebaran.
Kalau saja setiap bulan itu Ramadhan. Tidak ada lagi mereka yang miskin papa dan meminta-minta. Karena harta akan sedikit di bagikan melalui zakat fitrah. Sehingga mereka yang fakir akan ikut tahu bagaimana rasanya menjadi kaya. Walaupun memang itu hanya terjadi setahun sekali saja.
Kalau saja setiap bulan itu Ramadhan. Kita akan punya 12 mukena, sarung, baju dan sepatu baru setiap tahunnya. Kita akan sibuk memamerkan kekayaan & kecantikan pada semua. Namun disisi lain, juga jarang ada yang iri, dengki, dendam dan marah. Karena kita sudah bermaaf-maafan pada semua setelah shalat hari raya.
Kalau saja setiap bulan itu Ramadhan. Semakin banyak orang yang sukses dan bahagia. Karena semakin banyak yang menadahkan tangan untuk berdoa. Yang jelas kita akan semakin banyak dapat pahala. Yang mungkin saja jadi sangat membantu agar bisa masuk syurga.
Kalau saja setiap bulan itu Ramadhan. Ramadhan tidak akan menjadi begitu istimewa seperti sekarang ini. Hidup akan berjalan seperti biasa saja, selayaknya sehari-hari Maksiat akan tetap ditemukan dimana-mana setiap kali. Dan Ramadhan akan menjadi tidak bermakna lagi.
Ah...kalau saja setiap bulan itu Ramadhan... :)

0 komentar: